Jumat, 05 September 2008

FRAKTUR CERVICAL

Epidemiologi

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat οΎ± 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3 % penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3.


Evaluasi Radiologis

Setelah primary survey, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan external, tahap berikutnya adalah evaluasi radiographic tercakup didalamnya, plain foto fluoroscopy, polytomography CT-Scan tanpa atau dengan myelography dan MRI.



Plain foto

Cervical foto series dilakukan atas indikasi pasien dengan keluhan nyeri lokal, deformitas, krepitasi atau edema, perubahan status mental, gangguan neurologis atau cedera kepala, pasien denganmultiple trauma yang potensial terjadi cervical spine injury. Komplit cervical spine seri terdiri dari AP, lateral view, open mount dan oblique. Swimmer dan fleksi ekstensi dilakukan bila diperlukan.


Computer tomography

Pada saat ini CT-Scan merupakan metode yang terbaik untuk akut spinal trauma, potongan tipis digunakan untuk daerah yang dicurigai pada plain foto. CTScan juga dilakukan bila hasil pemeriksaan radiologis tidak sesuai dengan klinis, adanya defisit neurologis, fraktur posterior arcus canalis cervicalis dan pada setiap fraktur yang dicurigai retropulsion fragmen tulang ke kanal saat ini CT dapat dilakukan paad segital, coroval atau oblig plane. 3 dimensi CT imaging memberikan gambaran yang lebih detail pada fraktur yang tidak dapat dilihat oleh plain foto.


Myelografi

Pemberian kontras dengan water soluber medium diikuti dengan plain atau CT dapat melihat siluet dari spinal cord, subarachnoid space, nerve root, adanya lesi intra meduler, extrameduler, obstruksi LCS, robekan duramater, tetapi dalam kasus trauma pemeriksaan ini masih kontraversial.


Magentic Resonance Imaging (MRI)

MRI banyak digunakan untuk mendiagnosi akut spinal cord dan cervical spinal injury karena spinal cord dan struktur sekitarnya dapat terlihat.


Klasifikasi Cervical Spine Injury

Biomekanikal studi dan autopsi atau experimental cadaver menunjukkan terdapat hubungan antara mekanisme, kekuatan vektor yang menghasilkan cedera dan beratnya cedera tulang maupun ligament. Kekuatan vektor yang menimbulkan fleksi, ekstensi, k omperesi vertical (axial cord), lateral fleksi, rotasi atau kombinasi kekuatan (flexi dan rotasi) akan menghasilkan lesi yang spesifik seperti pada Tabel.


Mekanisme klasifikasi cervical spine injury

Fleksi

Anterior dislokasi (hiperfleksi sprain)

Bilateral inter facetal dislokasi

Simple wedge compression fracture

Clay-Shovelerr fracture (spinasus process avulsion)

Flexion tear drop fracture

Flexion – rotation

Unilateral facet dislocation


Extension

Hyperextention dislocation

Avulsion tear drop fracture of axis

Fracture of posterior arch of atlas

Lacunar fracture

Traumatic spodylolistesis (Hangman’s Fracture)

Hyperextension fracture dislocation)



Vertical Compresion

Occipital condyle fracture

Burst fracture

Jefferson fracture (Bursting fracture of atlas)


Lateral Flexion

Uncinate process fracture


Imprecisely understood or multiple force mekanism

Atlan to occipital dislocation

Odontoid fractures

Spinal cord injury without radiography abnormality


Cervical spine stability

Secara klinis stabilitas cervical menyangkut 3 hal:

  1. Deformitas atau abnormalitas displacement tidak terjadi pada beban fisiologis

  2. Tidak terjadi deformitas atau abnormalitas displacement pada proses penyembuhan

  3. Tidak terdapat injuri atau kompresi pada elemen neural dan tidak akan timbul pada penggunaan beban fisiologis.

White dan Panjabi membuat check list instabilitas pada Lower cervical spine, dikatakan tidak stabil bila (+) = 5 point:

  1. Terdapat anterior collum destruksi

  2. Angulasi sagital >110

  3. Pada sagital plane translasi > 3,5 mm

  4. Positif stretch test atau gangguan spinal cord timbul (disc 1,7 mm,angulasi 7,50) > unstable Terdapat gangguan radix atau penyempitan discus

  5. Anticipated the patient will place great stress on his cervical spine


Pemulihan Spinal Stability

Medical management dengan spinal orthosis. Setelah fase akut spinal injury tertangani maka immobilisasi untuk membatasi gerakan pada cervical yang tidak stabil diperlukan untuk memungkinkan penyembuhan tulang dan ligament berlangsung, juga untuk melindungi spinal cord. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cervical orthosis, collar, porter type orthosis, cervico thoracic dan halo orthosis. Cervical collar terdiri dari soft collar dan phila delphia collar. Soft collar mempunyai keuntungan yang kecil pada pasien spinal cord injury dan hanya membatasi pergerakan minimal pada rotasi ekstensi dan fleksi. Philadelphia collar memberikan proteksi yang lebih baik daripada soft collar terutama pada gerakan fleksi dan ekstensi, tapi tidak efektif pada axial rotasi. Indikasi: non/minimal displace C1 – C2 fracture, minimal body/processus spinasus fracture, post anterior cervical disctomy dengan fusi. Poster type orthoses lebih rigid dan memiliki 3 point fiksasi, pada mandibula occiput dan bahu atau thorax bagian atas. Halo vest membatasi fleksi dan ekstensi, axial rotasi dan lateral bending. Alat ini direkomendasikan untuk discplace atlas fracture, adontoid fracture, semua axis fracture dan kombinasi C1 – C2 fracture dan post operasi imobilisasi setelah surgical fusion.


Penanganan Operasi

Goal dari penanganan operasi adalah: Reduksi mal aligment, decompresi elemen neural dan restorasi spinal stability. Operasi anterior dan posterior



Anterior approach, indikasi:

- ventral kompresi

- kerusakan anterior collum

- kemahiran neuro surgeon

Posterior approach, indikasi:

- dorsal kompresi pada struktur neural

- kerusakan posterior collum

Keuntungan:

- dikenal banyak neurosurgeon

- lebih mudah

- medan operasi lebih luas dapat membuka beberapa segmen

- minimal morbility


Lesi spesifik dan penanganannya :


Occipital condyle fractures

Termasuk fracture yang jarang, klinis pasien datang dengan penurunan kesadaran atau gangguan kranial nerve.

Condylar fracture terbagi 3 tipe:

Tipe I : fracture dikarenakan beban axial dari tengkorak ke tulang atlas, fracture terjadi di occipital condyle tanpa/minimal displacement ke foramen magnum

Tipe II : fracture dari condylus sampai foramen magnum. Tampak fracture linien CT-Scan merupakan fracture stabil

Tipe III : Condyle fracture avulsi Mekanisme trauma biasanya rotasi atau lateral bending atau keduanya merupakan fracture unstable dan harus dilakukan craniocervical fusion.


Atlanto occipital dislocation

Pasien datang dengan quadri-plegia dan respiratory arrest Diagnosa ditegakkan dari perhitungan lateral skull X-ray : >1 Normal: 0.7-0.009 Cervical traksi merupakan kontra indikasi. Halo vest, atlanto occipital fusion. Occipital fusion merupakan pilihan

Atlas Fracture

5 – 10 % cervical spine injury. Gambaran fracture: posterior arch fracture, lateral mass fracture, Jefferson fracture, Horizontal fracture. Penanganan : mobilisasi dengan halo vest, bila fracture avulsi dengan axial traksi


Axis Fracture, terbagi:

o Fracture odontoid

o Fracture lateral mass

o Hangman’s fracture/traumatic spondylolistesis

o Combine fracture


Odontoid fracture

7 – 14 % fracture cervical. Keluhan pasien: nyeri pada occipital cervical Pemeriksaan: open mount Ro, CT axial, coronal, sagital

Dibagi 3 tipe:

  1. Avulsi distal odontoid # cervical collar

  2. Fracture pada basis odontoid # imobilisasi 12 mhh halo orthosis

  3. Fracture melewati body axis # hale vest 12 mgg Basion – posterior arch Anterior arch atlas for magnum

Traumatic spondylolistesis (Hangman’s fracture)

Dibagi 3 tipe:

  1. Subluksasi C2 – C3 <>

  2. Terpisah discus C2 – C3 dan posterior longitudinal ligament subluksasi C2 – C3 <> 11o IIA Seperti II, angulasi lebih besar

  3. Facet C2 – C3 terpisah, Anterior longitudinal ligament terpisah II, IIA, III # halo orthosis, bila gagal anterior fusion plate fixasi

Sciwora

Spinal cord injury tanpa abnormalitas radiographic secara klinis mekanisme injury biasanya hiperfleks, dislokasi, dengan reduksi segera oleh otot-otot atau prolap cervical disc yang temporer. Gambaran yang menonjol adalah central syndrom akut. Taylor melakukan percobaan dengan Cadaver, menunjukkan ligamentum flavum pada cervical spine menonjol ke depan selama hiperekstensi hingga menimbulkan penyempitan diameter canalis spinalis dan mengakibatkan cord injury. Pada pediatric sciwora selalu melibatkan complit spinal cord syndrom, anterior cord syndrom atau incomplit spinal cord syndrom yang berat. Hal ini menerangkan perbedaan prognosis pada pasien pediatric yang mempunyai prognosis buruk dibandingkan dengan dewasa dengan gejala central syndrom yang mempunyai prognosis yang baik.




DISLOKASI INTERFASETAL BILATERAL

PENDAHULUAN
Dislokasi interfasetal bilateral merupakan suatu bentuk trauma tulang belakang khususnya di daerah servikal,dan merupakan suatu trauma yang serius dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian ataupun gangguan neurologi yang mempengaruhi produktifitas kerja penderita dan meningkatnya biaya pengobatan .3,11,19. Trauma servikal tidak selalu berdiri sendiri, sering disertai trauma kepala(20%), wajah(2%),penurunan kesadaran,dan multiple trauma.Kecenderungan meningkatnya trauma servikal sejalan dengan kepadatan arus lalu lintas yang mengakibatkan tingginya resiko angka kecelakaan.Penyebab lainnya adalah jatuh dari ketinggian tertentu, dan olah raga. Karenanya dalam mengevaluasi penderita trauma, seringkali diperlukan rekonstruksi trauma, memperhitungkan mekanisme trauma yang terjadi serta memperkirakan tipe dari trauma tersebut, dengan asumsi bahwa penderita trauma yang memperlihatkan gejala adanya kerusakan tulang belakang seperti nyeri leher, nyeri punggung, paresa ekstremitas atau perubahan sensibilitas, harus dirawat seperti merawat penderita dengan kerusakan tulang belakang sampai terbukti tidak.Dislokasi interfasetal bilateral bisa tanpa memberikan gejala neurologis (Frankel E) sampai paralisa komplet (Frankel A).3,4,18,25.
Umumnya trauma pada vertebra servikalis terjadi pada dua tempat.Sepertiga dari trauma terjadi pada segmen C2 dan setengahnya terjadi pada segmen C6 atau C7. Dislokasi interfasetal bilateral paling sering terjadi C4,C5,C6 meskipun cedera ini bisa terjadi pada setiap level.Biomekanika trauma ini adalah akibat hiperfleksi yang hebat, dan secara patologinya merupakan cedera yang tidak stabil.1,16,17 Kesulitan dalam mendiagnosis terjadi karena trauma ini jarang berdiri sendiri. Peran imejing bertujuan mendeteksi dan menilai cedera pada tulang, ligamen,jaringan lunak dan menilai instabilitas cedera, mencakup pemeriksaan radiologi konvensional,Tomografi komputer dan MRI. Pemeriksaan foto polos 128 J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005 akan merupakan pemeriksaan dasar pertama yang diperlukan dan merupakan titik tolak untuk melangkah ke pemeriksaan lanjutan bila diperlukan.3.


INSIDEN
Dislokasi interfasetal bilateral merupakan suatu bentuk trauma servikal yang jarang terdiagnosis oleh karena seringkali tidak berdiri sendiri tapi disertai dengan trauma di tempat lain.Rata – rata pasien dengan multiple trauma sekitar 5,9 % mengalami trauma pada servikal dan 10 % mengalami fraktur pada tulang servikal. Hasil survey pada 165 pusat trauma di Amerika, 4,3 % dari 111.219 pasien mengalami cedera servikal dimana 5- 10 % terjadi kerusakan medulla spinalis post trauma atau saat dievakuasi.2,3,4,14 Kepadatan arus lau lintas dengan resiko tingginya angka kecelakaan lalu lintas menyebabkan kecenderungan meningkatkan trauma ini. Mayoritas penderita adalah orang muda(± 80 %) yang berusia 15–35 tahun, perbandingan antara pria dan wanita adalah 4:1.Sekitar 50% kasus dislokasi interfasetal bilateral menyebabkan anterolisthesis pada corpus vertebra yang terlibat, 2% - 30 % kasus terjadi kerusakan dan herniasi diskus intervertebralis. Secara biomekanik dan neurologik lesi ini bersifat tidak stabil dan mempunyai insidens yang tinggi untuk terjadinya redislokasi .1,2,24,26.


ETIOLOGI
Dislokasi interfasetal bilateral merupakan lesi yang murni diakibatkan oleh trauma.Kecelakaan lalu lintas dilaporkan menduduki urutan pertama sebagai penyebabnya, diikuti oleh kecelakaan karena olah raga seperti menunggang kuda, menyelam, pemain bola dan pesenam. Kecelakaan lain seperti jatuh dari ketinggian tertentu, misalnya dari pohon kelapa atau dari bangunan.3,4,25.


ANATOMI
Tulang belakang leher (servikal) mempunyai ukuran lebih kecil dibanding tulang belakang lainnya,melindungi medulla spinalis,menyokong kepala dan memungkinkan gerakan kepala(fleksi,ekstensi dan rotasi). Terdiri atas 7 ( tujuh ) buah tulang, dua diantaranya, C1 dan C2 mempunyai bentuk berbeda bila dibandingkan dengan kelima tulang lainnya .Vertebra C3 – C6 mempunyai persamaan secara anatomi,terdiri dari sebuah corpus,dua pedikel,dua massa lateralis,dua lamina dan satu prosessus spinosus, juga dirancang untuk gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi..Vertebra C7 sedikit berbeda sebab merupakan bentuk transisional,disebut juga vertebra prominens dimana prosessus spinosusnya lebih panjang dan besar, tidak bercabang seperti pada C3-C6.12,15,17,23 Hubungan antara corpus vertebra servikal (dan juga corpus vertebra lainnya)dimungkinkan oleh adanya
sendi,umumnya disebut sendi faset, biasa juga disebut sendi apofiseal atau zygapofiseal, memungkinkan adanya pergerakan (fleksi,ekstensi ataupun rotasi), menyerupai engsel, terletak langsung di belakang kanalis spinalis.Sendi faset merupakan sendi sinovial,dikelilingi oleh jaringan ikat dan menghasilkan cairan untuk memelihara dan melicinkan sendi. Pada permukaan superior dan inferior prosessus uncinate terdapat pula sendi faset,lebih dikenal dengan nama sendi uncovertebral dari Luschka( joint of Luschka) yang juga penting dalam biomekanikal dan stabilitas tulang vertebra.7,14,17

Gambar 1.Gerakan fleksi-ekstensi servikal pada sendi faset( lateral & posterior)7
Beberapa struktur lainnya disekitar tulang meliputi otot, pembuluh darah, trachea, esophagus dan serabut –serabut saraf. Kumpulan ligamen,tendon dan otot membantu menyokong dan menstabilkan tulang servikal.Ligamen berfungsi mencegah pergerakan berlebihan yang dapat berakibat pada cedera fatal,juga menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya.Dikenal dua ligamen utama,intrasegmental yang mengelilingi tiap vertebra dan intersegmental yang mengelilingi beberapa vertebra secara bersamaan. mentum flavum,interspinosus (interspinale) dan intertransversa termasuk dalam sistim ligamen intrasegmental,sedangkan ligamentum longitudinal anterior dan posterior serta supraspinosus termasuk dalam sistim ligamen intersegmental.11,12,17 129 J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

Gambar 2. Ligamentum Intrasegmental dan Intersegmental .7
Medulla spinalis yang keluar dari batang otak dilindungi oleh tulang servikal, juga tulang belakang lainnya dalam foramen vertebralis,bersama dengan cairan serebrospinalis dan meninges(duramater, arachnoid dan piamater).Pada daerah servikal, medulla spinalis memberikan delapan pasang akar saraf,dinamakan sesuai tempat keluarnya dari kanalis spinalis yang dilaluinya yaitu C1sampai C8. 6,12,23


PATOBIOMEKANIK
Mekanisme trauma ini akibat adanya fleksi dan rotasi namun sebagian besar berpendapat akibat hiperfleksi yang hebat sehingga integritas dari ligamen pada servikal menghilang, termasuk pada sambungan sendi faset,menimbulkan robekan ligamen dan dislokasi sendi– sendi faset. Biasanya disertai dengan fraktur pada corpus vertebra yang terlibat.1,4,24.
Pergerakan diantara dua permukaan sendi vertebra,termasuk vertebra servikalis, dapat dianalisa mengggunakan metode “instant center”dari Reuleaux, khususnya pada pergerakan fleksi,ekstensi atau lateral fleksi.Pada keadaan normal tulang servikal, instant center saat fleksi dan ekstensi berada di anterior vertebra di bawahnya dari vertebra yang bergerak. Dengan analisis instant center dapat menerangkan bahwa saat fleksi dan ekstensi terjadi juga pergerakan tangensial (gliding) pada sendi fasetal, foramen intervertebralis melebar pada saat fleksi dan saat ekstensi menyempit. Namun pada keadaan abnormal seperti adanya kerusakan ligament,arah instant center berubah menjadi di posterior.17

Gambar 3. Pergerakan sendi faset pada keadaan normal & patologiKompresi & distraksi menyebabkan arah instant center berubah normal Patologis
Pada dislokasi interfasetal bilateral (BID) arah instant center berubah karena dislokasi kedua sendi faset pada tingkat yang sama, tejadi akibat hiperfleksi yang hebat sehingga mengakibatkan robeknya seluruh struktur ligament dari kolumna anterior, media, dan posterior.Akibatnya massa artikular dari vertebra yang terlibat bergeser ke superior dan anterior lalu melewati prosessus artikularis superior vertebra dibawahnya.Massa artikular yang mengalami dislokasi bersandar pada foramen intervertebral sehingga faset inferior dari vertebra yang terkena akan berada di anterior faset superior dibawahnya.2,3,5,11 Trauma ini dapat terjadi sebagian/parsial atau total/ komplit. Pada dislokasi inkomplit/partial,vertebra yang mengalami dislokasi bergeser ke anterior kurang dari setengah diameter anteroposterior korpus vertebra. Tepi posteroinferior faset inferior vertebra yang terkena menyentuh tepi atas prosessus artikularis superior vertebra di bawahnya.Beatson dkk melaporkan bahwa dislokasi interfasetal bilateral(BID) komplit terjadi bila robekan total kompleks ligament dan discus intervertebralis mengakibatkan pergeseran ke anterior setengah atau lebih dari diameter anteroposterior vertebra yang mengalami dislokasi.1,5.
Gejala klinik relatif tergantung luasnya kerusakan yang terjadi (Frankel E sampai A). Biasanya disertai fraktur pada satu atau dua corpus vertebra yang terlibat. Berdasarkan mekanisme cedera,digolongkan dalam trauma hiperfleksi dan ditinjau dari kestabilannya, bersifat tidak stabil karena pada saat terjadinya trauma komponen ligamentoskeletal tidak utuh lagi sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran satu segmen vertebra servikalis terhadap lainnya dan beresiko tinggi terjadi kerusakan medulla spinalis.Kadang-kadang dislokasi interfasetal bilateral (BID) disebut juga “double locked” tetapi sebenarnya merupakan penamaan yang tidak tepat karena “double locked” mengesankan suatu cedera yang stabil.3,5,9,14.


DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.Pada pasien sadar, usia dewasa,kooperatif, maka anamnesis akurat dan pemeriksaan fisik sangat berguna,sedangkan pada pasien tidak sadar yang diduga menderita cedera tulang belakang pada umumnya dan cedera servikal pada khususnya , harus dianggap menderita cedera tulang belakang, sampai terbukti tidak melalui pemeriksaan lanjutan.3,13 Pada penderita dilakukan pemeriksaaan neurologis lengkap,menentukan kekuatan motorik dan derajat kelumpuhan bila ada juga lokasi cedera.Selalu terdapat adanya nyeri leher,disertai kaku leher,gangguan gerak pasca trauma oleh karena spasme otot-otot paravertebral serta nyeri pada palpasi di bagian belakang leher, terutama daerah prosessus spinosus. Juga dilakukan pemeriksaan sensorik (eksteroseptif dan propioseptif ) guna menentukan topik segmen medulla spinalis yang terkena.Penentuan topik dan lokasi sangat perlu sehingga arahan pemeriksaan radiologis dapat dilakukan dengan akurat dan dapat menentukan prognosis penderita.1,3,21.

Penilaian status neurologis yang sederhana dan mudah dapat menggunakan skala Frankel, yaitu : 3,20
Frankel A : Defisit neurologi yang komplit.
Frankel B : Hanya terdapat fungsi sensorik pada distal cedera
Frankel C : Sebagian motorik nonfungsional pada distal cedera.
Frankel D : Motorik fungsional pada distal cedera
Frankel E : Normal.

Adapula yang mengelompokkan berdasar stabilitas klinis dan status neurologis:3,14
Kelompok I : Klinis stabil tanpa defisit neurologis.
Kelompok II : Klinis stabil, dengan defisit neurologis myelopati / radikulopati.
Kelompok III : Klinis tidak stabil,GCS 1-4, hemodinamik tidak stabil, gangguan pernapasan, hematoma mediastinum, multiple trauma, neuro baik.
Kelompok V : Klinis tidak stabil, defisit neurologis.


Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi tergantung kondisi pasien, termasuk status neurologi, tipe dan besarnya kekuatan yang menjadi penyebabnya.Pemeriksaan ini meliputi foto polos, tomografi konvensional, tomografi komputer, mielografi,dan MRI.Pemeriksaan USG dan Kedokteran nuklir jarang dipakai untuk mendeteksi cedera servikal.Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan setelah stabilisasi dari cedera yang mengancam jiwa dan harus tetap diimobilisasi sampai selesai dilakukannya imejing yang definitif.3,13


A. FOTO POLOS
Survey di Amerika menyebutkan bahwa dilakukan foto polos tulang belakang pada pasien dengan trauma tumpul berat sebagai prosedur rutin (96%), serta menjadi standar pemeriksaan untuk kasus dengan trauma vertebra akut.3 Foto polos yang pertama dilakukan pada pasien adalah proyeksi lateral(cross-table lateral)dan anteroposterior(AP). Spesifisitas posisi cross-table lateral mencapai 97 % untuk semua kasus trauma servikal.Jika kondisi memungkinkan dipertimbangkan melakukan posisi oblik dan pillar..dengan meminimalkan manipulasi .1,3,13 Gambaran radiologis yang khas pada posisi lateral (cross-table lateral) adalah tampak pergeseran ke anterior dari vertebra yang terlibat paling sedikit setengah (50%) diameter anteroposterior dari korpus vertebra dan juga tampak dislokasi total sendi apofiseal vertebra tersebut.1,3,4,10 Skematis dislokasi fasetal bilateral. Tampak adanya “locking”, juga dapat disertai avulsi fraktur korpus vertebra dibawahnya.
Dislokasi faset bilateral pada proyeksi lateral.Tampak peregeseran ke ant.C2 terhadap C3 dengan faset inferior C2 berada pada faset artikular superior C3.22 Pada posisi anteroposterior (AP) gambaran radiologis berupa pelebaran jarak interspinosus di level yang mengalami kerusakan menandakan adanya kerusakan ligamen.3,1323 Posisi oblik memperlihatkan massa artikularis yang tampak pada foramen intervertebralis, dapat menentukan derajat peregseran dan validitas dislokasi.12 Proyeksi oblik paling baik memperlihatkan foramen intervertebralis,pedikel, prosessus artikularis dan terpenting adalah lamina inferior serta superior faset artikular, yang sering tumpang tindih dengan struktur lain.Adanya penyempitan ruang interlaminar dicurigai terjadi subluksasi vertebra.4,14,27.

Gambar 6. Proyeksi oblik kanan dan kiri.(skematis BID)11
Penilaian pada foto polos, cedera tulang belakang dikatakan tidak stabil bila :3,14
a. Tampak pelebaran celah interspinosum atau pelebaran sendi faset.
b. Ada listesis anterior lebih 3,5 mm.
c. Penyempitan atau pelebaran sela diskus (1,7 mm atau lebih).
d. Angulasi fokal lebih dari 110 .
e. Kompresi vertebra lebih dari 25 %.

Penilaian lebar kanalis spinalis penting guna mengetahui terjadinya resiko kompresi medulla spinalis.Berdasarkan Pavlov ratio jarak kanalis spinalis pada proyeksi lateral lebih besar atau kurang lebih sama dengan jarak anteroposterior korpus vertebra depannya, yaitu 1,0 cm atau lebih.Bila Pavlov ratio- nya 0,8 cm atau kurang mengindikasikan penyempitan kanalis spinalis, resiko terjadi kompresi medulla.12

Gambar 7. Pavlov Ratio,normalnya adalah A/B=1,0 cm atau lebih.Bila A/B = 0,8 atau kurang indikasi adanya penyempitan kanalis spinalis.Resiko terjadi kompresi medulla spinalis.21
Disamping itu evalusi pada jaringan lunak penting menilai ada tidaknya emfisema subkutis.Ruang prevertebral harus dinilai untuk menunjukkan derajat cedera atau kecurigaan trauma ligamen atau trauma tulang yang tersembunyi.Normalnya ruang prevertebra C2 tidak lebih 7mm, C3-C4 tidak lebih 5mm, C6 tidak lebih 22 mm.

B. TOMOGRAFI KOMPUTER ( Ct-Scan )
Tomografi Komputer harus dilakukan apabila integritas tulang vertebra masih diragukan setelah foto polos atau bila pada foto polos tidak dijumpai kelainan tetapi terdapat kecurigaan adanya fraktur atau ada rencana operasi. Tomografi Komputer juga untuk menentukan fraktur dan ekstensi fragmen frakturnya ke dalam kanalis spinalis. Jaringan paraspinal , termasuk saluran napas, dapat terlihat dengan baik pada tomografi komputer, tetapi jaringan lunak intraspinal / medulla spinalis tidak akan tampak dengan jelas kecuali bila digunakan kontras intratekal.

Gambar 8 :Potongan parasagittal Ct-Scan memperlihatkan interfasetal dislokasi dengan faset inferior C5 berada di anterior faset superior C6.(Gbr.kiri).Potongan axial Ct-Scan memperlihatkan adanya "double facet " sign.

C. MIELOGRAFI
Mielografi sudah jarang dilakukan,kecuali bila tidak ada MRI. Dilakukan bila terdapat defisit neurologis yang tidak sesuai dengan cedera yang tampak pada foto polos, atau bila defisit neurologis berkembang progresif. Mielografi yang dikombinasi dengan Tomografi Komputer dapat memvisualisaikan medulla spinalis dan radiks spinal dengan baik. Biasanya dilakukan setelah 4 jam paska mielografi.

D. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
Merupakan pemeriksaan superior terhadap tekhnik diagnostik lainnya untuk mengevaluasi pasien dengan defisit neurologis, memperlihatkan cedera medulla spinalis mulai dari edema sampai transeksi komplit.Tanpa MRI cedera ligament sulit terdeteksi dan tidak dapat ditangani tepat sehingga akan mempengaruhi stabilitas tulang vertebra dan fungsi neurologisnya. Saat ini, MRI, banyak dipakai pada cedera vertebra seperti pada dislokasi faset unilateral atau bilateral, fraktur prosessus transverses, terutama bila melewati foramen transversum. Pasien 20 thn, wanita dengan post kll. Potongan midsagittal T2W pada MRI memperlihatkan subluksasi dari C5-C6 dengan cedera pada medulla(tampak angulasi dan deformitas)1 Pada potongan mid-sagital MRI diperlihatkan dengan baik disrupsi dari ligamentum longitudinal anterior dan posterior.1

Gambar 10. Dislokasi interfasetal bilateral ( BID)
Terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.Sagittal gradient-echo MRI(TR/TE,510/35; flip angle, 20°)didapatkan pada 0.3-T MR scanner memperlihatkan prevertebral edema atau hemoragik (1),robeknya ligamentum longitudinal posterior(2), dan ligamentum longitudinalanterior(3),herniasi diskus intervertebralis akibattrauma hebat (4),kontusi dan kompresi medulla spinali(5),edema paravertebral posterior atau hemorrhage, dan kemungkinan rusaknya ligamentum interspinosus.

DIAGNOSIS BANDING
Dislokasi interfasetal bilateral didiagnosis banding dengan dengan beberapa bentuk trauma pada cervical seperti subluksasi anterior, dislokasi fasetal unilateral dan fraktur Hangman. Kepustakaan lain mendiagnosis banding trauma ini berdasarkan meknisme trauma dan derajat kestabilan.3,-5,11 Subluksasi anterior terjadi karena trauma hiperfleksi sehingga terjadi robekan pada ligamentum posterior dan subluksasi sendi-sendi interfasetal.Fleksi ini bersifat tidak stabil.Gambaran radiologik berupa angulasi posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan ligamentum serta juga tampak pelebaran ruang interspinosus dan subluksasi sendi apofisial. Mekanisme & gambar skematis subluksasi anterior11 Dislokasi fasetal unilateral terjadi karena trauma fleksi atau kombinasi fleksi-rotasi sehingga terjadi dislokasi pada salah satu faset vertebra. Ligamentum posterior dan kapsul sendi fasetal rusak.Pada gambaran radiologik tampak dislokasi anterior korpus vertebra 25%-33% dimana vertebra diatas rotasi terhadap vertebra dibawahnya.

PENATALAKSANAAN
Penanganan yang baik sejak awal mutlak diperlukan.Pada posisi fleksi, jaringan syaraf lebih
mudah terjepit namun hiperekstensi menyebabkan lamina yang patah atau ligamentum flavum lebih menekan myelum.Sebaiknya evakuasi,penderita diletakkan pada posisi stabilisasi longitudinal,dagu agak keatas dan bagian belakang leher diganjal bantal kecil guna memelihara lordosis leher.Dengan “cervical stabilization –traction board” dapat dicapai fiksasi tubuh bersama dengan leher serta kepala penderita yang lebih sempurna.Pada dislokasi interfasetal bilateral penanganan dilanjutkan dengan reduksi dan stabilisasi berupa pemasangan fusi posterior.Pemasangan fusi anterior diperlukan jika dikhawatirkan terjadi resubluksasi post operatif.Dan bila ada kompresi radiks spinalis maka dilakukan foraminotomy.11,25,26.

Gambar 14. Post reduksi, evaluasi foto dengan foto polos & MRI
Fraktur Hangman terjadi akibat hiperekstensi menyebabkan dislokasi anterior C2 terhadap C3 dengan fraktur pada pars interartikular.Gambaran radiologi trauma ini dibagi tiga tipe(berdasar penilaian pada crosstable lateral).Tipe I tampak pergeseran minimal bilateral pada daerah fraktur.Tipe II, tampak pelebaran diskus posterior dan penyempitan diskus anterior, kadang disertai angulasi dari axis.Tipe III yaitu tipe II disertai dengan dislokasi faset bilateral.Trauma ini pertama kali ditemukan pada orang yang tergantung, dipopulerkan pertama kali oleh Wood-Jones.Namun Grogono dan Schneider ternyata menemukan gambaran ini pada korban kecelakaan mobil.

BEDAH MUSKULOSKELETAL

Assalamu'alaikum wr.wb........
Pada blog bedah muskuloskeletal akan dibahas tentang banyak kasus, contohnya fraktur servical.